THAHA Syaifuddin atau yang lebih dikenal Sultan Thaha Syaifuddin lahir di Jambi tahun 1816 di lingkungan istana Tanah Pilih Kampung Gedang kerajaan Jambi.
Sejak kecil, Taha Saifuddin memang sudah memiliki keistimewaan dalam dirinya. Tanda-tanda itu tampak pada kecerdasan dan ketangkasan yang kerap terlihat saat dia bermain dengan teman sebayanya.
Bakat alam luar biasa itu sudah dimilikinya sejak dia lahir dari rahim sang ibu yang kala itu menjadi permaisuri di kerajaan Jambi. Taha Saifudin adalah anak Sultan Fachruddin, sultan pertama yang memerintah jambi sekitar awal abad ke-19 lalu.
Thaha kecil terkenal pandai bergaul dengan siapa tanpa membeda-bedakan, baik sesamam anak bangsawan atau anak-anak para hulu-balang yang menetap di perkampungan.
Berani karena benar dan takut akibat perbuatanya yang salah,begitu prinsip hidup yang dia jalankan. Sikap baik ini sangat kuat tertanam dalam dirinya.
Sikap itu pula yang pada akhirnya membentuk pribadi sang putra mahkota sampai kelak dewasa dan mampu memimpin kerajaan Islam di Jambi secara manusiawi.
Dia lindungi rakyat dari penindasan dan kesulitan hidup. Dia perangi kezaliman dan angkara murka kaum penjajah tanpa jera sampai mati tak ada sedikit pun kata kompromi yang dia kabulkan.
Jika dalam kenyataan hal itu merugikan dan membuat sengsara kehidupan rakyat Jambi. Thaha Saifuddin memang tak pernah lepas dari paham-paham kejujuran dan kebenaran.
Dia pun tak menyukai keangkuhan dan ketamakan. Thaha biasa dididik ayahnya dengan ajaran budi pekerti yang luhur serta ajaran Islam yang kuat.
Bahkan, pelajaran ilmu ketauhidan telah lama meresap secara baik di dalam jiwanya sejak usia lima tahun.
Sang putra mahkota Jambi percaya benar, tak ada kekuasaan yang paling besar dan kekal di dunia ini selain kekuasaan Allah swt.
Dan, dari dasar keyakinan yang ditumbuhkan sang ayah itu, Thaha akhirnya mampu berkembang sebagai anak yang luar biasa, berani, dan ulet dalam segala pekerjaan, termasuk dalam cara mengungkapkan pendapat pribadinya.
Di masa putra mahkota ini hidup, Jambi telah memiliki sejarah perjuangan yang cukup lama. Pada awal abad ke-19 atau pada saat dia dilahirkan tahun 1816, pemerintahan kerajaan yang ditampuk oleh sang ayah ini sudah bercorak Islam.
Corak lama yang menganut unsur Hindu-Buddha telah ditinggalkan. Sejak awal abad ke-19 itu pula, sisa kejayaan Sriwijaya dan Singasari maupun Majapahit yang pernah mampir di Jambi sebelumnya telah berubah total.
Bentuk kerajaan pun diubah menjadi kesultanan. Dan, Sultan Fachruddin, ayah Sultan Thaha yang pemerintahannya selalu di bawah tekanan Belanda, menjadi sultan Jambi pertama yang beragama Islam.
Saat menyadari usianya semakin tua, Sultah Fachrudin memberikan sebuah keris yang bernama keris Siginjei kepada Sultan Thaha yang kala itu berusia 25 tahun.
Sultan Fachrudin berpesan kepada anaknya agar memerangi Belanda hingga menyingkir dari bumi Jambi.
Karena usia Sultan Thaha masih sangat muda, maka sebelum menjadi raja, terlebih dahulu diangkat menjadi perdana menteri.
Sikap baginda Sultan Thaha ini sangat membuat iri adiknya yang lain, yaitu Sultan Nachruddin dan para anak keturunannya.
Sebab, mereka merasa punya hak yang sama pula untuk memerintah Jambi, namun mereka tak kuasa. Lambang kesultanan berupa keris Siginje yang menjadi syarat mutlak dalam memerintah kerajaan telah dimiliki Sultan Thaha.
Sehinggga secara resmi rakyat Jambi tak mendukung atau mengakui keberadaan Sultan Nachruddin. Sedangkan, pemerintahan Sultan Abdurachman pun sifatnya hanya sementara.
Setelah lambang kebesaran atau kekuasaan raja itu dilimpahkan kepada Sultan Thaha, Baginda Sultan Fachruddin wafat dengan tenang.
Baginda meninggalkan Sejumlah tugas yang harus bisa diselesaikan oleh adik dan putra satu-satunya ini. Kala itu, kesultanan Jambi tengah menghadapi posisi sulit.
Perjuangan Sultan Thaha Saifuddin Melawan Belanda.
Belanda sebelumnya telah berhasil menekan Sultan Fachrudin untuk menandatangani surat perjanjian yang isinya harus mengakui hak serta kekuasaan penjajah dalam perdagangan di wilayah Jambi.
Sumber :https://daerah.sindonews.com/read/1020423/29/sultan-thaha-pejuang-jambi-yang-tak-lelah-melawan-belanda-1436099814


No comments:
Post a Comment